Selasa, 08 Juli 2025

 

TAMPUI

Karya Trisnawati

Panggung menunjukkan sebuah siluet. Bayangan pohon-pohon rindang, dan tokoh sedang memakan buah-buahan. Lampu siluet padam. Lampu menyalakan cahaya temaram, seolah senja yang berkepanjangan.

(Monolog dimulai dengan Inai memasuki panggung perlahan, memakai tas ransel di punggung, di tangan memegang sebuah foto yang tidak diperlihatkan kepada penonton. Di panggung terdapat tunggul-tunggul kayu yang telah ditebang)

Tampui, Tampui, Tampui, … sahabatku satu-satunya yang tersisa. Apakah kau masih di sini, ikut menyaksikan tanah leluhur kita perlahan menghilang. Apakah kau merasakan apa yang kurasakan? Sunyi yang menganga, menggantikan riuh rendah burung dan pekik kera?

(Ia menghela napas berat, melipat foto kembali dan memasukkannya ke dalam tas. Lalu berjalan mengitari panggung dengan sedih seolah sedang mencari sesuatu)

Dulu… dulu di sini adalah surga. Hutan lebat membentang sejauh mata memandang. Pohon-pohon menjulang gagah, akarnya menghujam bumi, menjaga tanah kami tetap kokoh. Aku ingat betul, bagaimana… (matanya menerawang) …Umai berpesan kepadaku.

(Inai menyentuh tunggul pohon yang tersisa, meletakan tas ransel, lalu berubah menjadi Ibu Inai)

Inai anakku, Tanah ini… tanah leluhur kita. Di setiap jengkalnya mengalir darah nenek moyang. Hutan bukan sekadar tentang pohon. Ia adalah jantung kampung kita, penyeimbang kehidupan. Di balik setiap helai daun, di balik setiap kicauan burung, ada harmoni yang rapuh. Jika mereka merusaknya, kita akan kehilangan segalanya. Udara bersih, air jernih, tanah subur… semua akan pergi.

Aku berharap kau, Inai. Teguh menjaga warisan nenek moyang kita ini. Terutama Tampui, Inai. Jagalah Ia. Jagalah Inai.

(Ibu Inai berubah menjadi Inai kembali. Musik sedih mengalun. Inai menatap kosong ke arah penonton. Lalu mengambil kamera di dalam tasnya, memotret, memandang hasil potretnya dan menangis)

Maafkan aku Umai…Maafkan Aku…aku tidak bisa menemukan Tampui di sini Umai…Tampui menghilang Umai…

(Bunyi buldozer mencabik-cabik, suara-suara alat berat, mesin-mesin pemotong kayu terdengar memekakkan telinga. Inai berlari kesana-kemari ketakutan dan bingung. Inai berubah menjadi kontraktor perkebunan sawit)

(Berbicara di telepon) Ya Pak, beres!! Clear Pak! (Mematikan telepon) Tanah ini sudah kami beli! Cepat pergi, sebelum buldoser kami datang meratakan semuanya! Ini tanah produktif (Sambil memasukkan hp) Sawit akan tumbuh subur di sini, menghasilkan pundi-pundi uang yang jauh lebih besar.

(Inai Mengepalkan tangannya, namun suaranya tetap lirih)

Tanah ini… tanah leluhur kami. Di mana Tampui?  Kalian telah membunuhnya? Ia adalah jantung kampung kami, penyeimbang kehidupan.

(Kontraktor menghentakkan kaki, dan menatap tajam)

Omong kosong! Itu hanya mitos kuno. Dunia sudah berubah. Sekarang adalah era modern, era keuntungan. Hutan hanya menghalangi kekayaan yang terpendam di bawahnya. Emas, batu bara… semua akan kami gali untuk kemajuan! Tampuimu itu hanyalah sebuah penghalang!

(Inai mengerang, penuh amarah)

Manusia serakah… apakah telingamu tuli pada rintihan bumi? Apakah matamu buta pada air mata sungai yang mengering? Tampui adalah paru-paru kehidupan, kaki-kakinya adalah penahan dari amarah banjir. Jika kalian terus membunuhnya tanpa henti, keseimbangan akan hilang. Badai akan mengamuk, tanah akan longsor, dan kalian sendiri yang akan menuai bencana.

(Kontraktor tertawa mengejek)

Bencana? Itu hanya omong kosong! Kami punya teknologi, kami punya uang untuk mengatasi semuanya! Cepat atau lambat, semua hutan Kalimantan akan menjadi perkebunan dan tambang. Itu adalah keniscayaan! Dan Tampuimu hanya akan menjadi dongeng belaka.

(Musik tegang menyala. Inai mengeluarkan foto dari dalam tasnya.)

Ini, ini Tampui! Di mana kalian membuangnya. Dimana!!! (marah bercampur tangis putus asa) kembalikan dia.

(Inai mengais-ngais sisa-sisa tunggul pohon)

Kembalikan dia pada tanah ini. Tanah leluhur kami. Hutan adat kami.

(Inai putus asa karena tidak dapat mengenali Tampui lagi, dan tidak tahu di mana menemukan Tampui lagi. Lalu mengambil foto yang terjatuh di tanah)

Kau saksi bisu, Tampui. Kau melihat bagaimana mereka datang. Dengan janji-janji manis tentang kemajuan, tentang kehidupan yang lebih baik. Mereka bilang, tanah kami tidak produktif, hanya hutan belantara yang menghalangi kemajuan.

(Meletakkan foto kembali. Dengan nada marah)

Kemakmuran macam apa ini? Kemakmuran yang merenggut hutan kami? Kemakmuran yang menggusur rumah kami? Mereka datang dengan mesin-mesin raksasa, dengan suara bising yang memekakkan telinga, merobek-robek jantung bumi Kalimantan. Dalam sekejap, hutan yang kami jaga selama bergenerasi, rata dengan tanah.

(Inai terduduk di samping foto, air matanya mulai menetes. Suaranya bergetar memandangi foto yang lusuh)

Aku tidak bisa melindungimu, sahabatku. Kekuatanku sudah habis. Hatiku hancur berkeping-keping melihat kehancuran ini. Aku hanya bisa berduka di sini. Merasakan kesunyian yang mencekam, kesunyian yang akan menjadi teman setia tanah ini setelah kau tiada.

(Inai memeluk foto dengan erat.)

Kau adalah Tampui terakhir. Setelah kau pergi, tidak akan ada lagi yang mengingat manis asam buahmu, tidak akan ada lagi yang berteduh di bawah rindangnya daunmu. Kau akan menjadi legenda yang terlupakan, seperti hutan kami yang hilang ditelan kerakusan.

(Inai mengangkat kepalanya, menatap ke depan dengan tekad yang membara.)

Biarkan mereka membangun gedung-gedung tinggi mereka. Biarkan mereka menghitung keuntungan mereka. Tapi mereka tidak akan pernah bisa merampas apa yang ada di dalam hati kami. Mereka tidak akan pernah bisa mencabut akar yang telah tertanam begitu dalam. Selama aku masih bernapas, selama jantungku masih berdetak.

(Perlahan, foto diperlihatkan kepada penonton)

Dia adalah Tampui. Suara Tampui akan terus bergema di tanah ini. Suara perlawanan. Suara kehidupan.

(Suara gemuruh mesin tambang terdengar semakin dekat, bercampur dengan isak tangis Inai)

SELESAI

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Senin, 03 Februari 2025

Kumpulan naskah monolog

 Pahuni

Karya Trisnawati

(SMK NEGERI 3 SAMPIT)

(TOKOH DI DALAM SILUET MENUNJUKKAN GESTURE YANG TEGANG DAN TAKUT)

(SETENGAH BERTERIAK) Aahhh….apa yang harus aku lakukan sekarang. (MENGGIGIT JARI-JARINYA, KARENA GUGUP) Aku tidak sengaja melakukannya. Rasanya aku sudah memperhatikan kendaraan lain yang melintas di jalan ini. Aku tidak ugal-ugalan…!!!! (SETENGAH BERTERIAK DAN KESAL)

(TOKOH KELUAR DARI SILUET.LEMAS. TERKULAI.)

Bagaimana kalau ada yang melihatku menabraknya? Lalu menyeretku ke ketua adat untuk membayar Jipen? Dan jika tidak mau, mereka akan menuntutku? Ahhhhhhhh…..(MENGERANG) ini benar-benar menakutkan!!!

Bagaimana kalau ayah dan ibuku tahu? Mereka pasti akan dimintai jipen karena perbuatanku. Lalu mereka marah, dan menyita sepeda motor plus handphone-ku!

(KARAKTER BERUBAH MENJADI IBU YANG PENUH AMARAH)

Lamiang…Lamiang…Kembalikan pada ibu handphone-mu! Kau tidak menjadi lebih pintar karena memilikinya! Justru menjadi sial! Kau tahu berapa banyak kita harus membayar Jipen karena kau menabraknya?

(CEMAS)

Apa yang aku pikirkan? Aku tidak bermaksud membunuhnya. Aku tidak sengaja. Benar-benar tidak sengaja.

(KARAKTER BERUBAH MENJADI MAHKLUK LAIN)

(MENGERANG) Ikau puna dia buah-buah, ikau mahapan sapeda motor sambal mausik HP-muh. Kilen ampi ikau tau mananture melai sakitarmu?? Hahahahahha

(TERKEJUT, KARAKTER BERUBAH MENJADI TOKOH)

Astgaaa…apa yang terjadi! Sial! Aku baru ingat, waktu itu…aku pulang dari sekolah dengan mengendarai sepeda motor sambil membalas pesan WA dari temanku di grup chat. Tiba-tiba…dia melintas, dan aku menabraknya!!!

(TOKOH MENANGIS TERSEDU-SEDU)

Aku masih mengingat dengan jelas bagaimana ia meregang nyawa.

Uuuuuu ik ik…(BERTINGKAH SEPERTI ANJING YANG SEKARAT)

Lalu aku menyembunyikannya, karena aku takut ada orang yang mengetahuinya.

(TERLIHAT BERPIKIR) tadi aku berkunjung ke rumah teman, setelah kami mengobrol, Neneknya menawariku untuk makan pulut dan minum kopi. Tapi aku menolaknya, karena aku sudah kenyang, dan ingin segera pulang. (KARAKTER BERUBAH MENJADI NENEK-NENEK TUA)

Esu, muse isut pulut dengan kopi tuh mangat dia pahuni!!!

(KARAKTER BERUBAH MENJADI TOKOH)

Apakah karena itu?

Jangankan menyicipinya, bahkan aku tidak menyentuhnya!! Apakah aku pahuni? Sehingga aku mengalami kesialan??? Tunggu sebentar, (MENGAMBIL HANDPHONE DARI DALAM TAS SEKOLAHNYA, DAN MENGETIK SESUATU)

Nah ini dia….(MEMBACA TULISAN DI HANDPHONENYA)

Pahuni atau kepuhunan adalah salah satu kepercayaan Dayak yang menjadi sebab seseorang mengalami penyakit atau kecelakaan. Biasanya pahuni terjadi apabila seseorang tidak mau memakan atau mencicipi makanan tertentu.

Ya…ya…dulu sepupuku, pernah hampir mati kecelakaan karena ia pergi saat ditawari makan.

Tapi, waktu itu dia yang hamper ditabrak. Bukan me..na….na..brak… (TIBA-TIBA WAJAHNYA BERUBAH MURUNG KEMBALI) tapi kan, ini juga didebut dengan kecelakaan!!!! AHHHHHHHH

Bagaimana kalau ia anjing jelmaan! Jangan-jangan, dia jelmaan bahuntai? Aapa?! Bagaimana kalau benar dia jelmaan bahuntai??

(KEMBALI MENGETIK SESUATU DI HANDPHONE-NYA)

Didalam kepercayaan Dayak Ngaju dikenal suatu roh yang berbentuk anjing disebut BA-HUN-TAI. Konon BAHUTAI ini dapat dipelihara oleh seseorang dengan syarat bahwa ia harus merawat dan memberi makan kepada Anjing ini.

Hah (TERKEJUT) tidak..tidak mungkin!

Aku tidak sengaja menabraknya. Bagaimana kalau pemiliknya, mengirimkan bahuntai yang lain untuk mencelakaiku. Ya Tuhan, ini sangat menakutkan!!

(BERJALAN KE ARAH KARUNG, DAN MENCOBA MEMBUKANYA, tapi tidak jadi)

Tidak!! Dia bukan jelmaan Bahuntai. Tapi…kalau misalkan bukan, aku pasti tetap akan dijipen! Ahhhhhh….ini membuatku gila!!!

Ya Tuhan, apakah ini hukuman untukku karena aku lalai dalam berkendara? Karena aku asyik bermain handphone sambil mengendarai sepeda motor? Apakah ini terjadi karena aku tidak mengindahkan nasihat orang tua tentang pahuni???

(DUDUK BERSIMPUH MENGHADAP PENONTON)

Aku mohon, jangan hukum aku?? Aku minta maaf, aku berjanji tidak akan mengindahkan nasihat lagi, aku berjanji tidak akan bermain handphone sambil berkendara lagi. Tolong, jangan hukum aku. Maafkan lah aku.

Huuuuu…huuu…… (MENANGIS)

TAMAT

Keterangan terjemahan Bahasa Dayak di dalam naskah Pahuni.

1.Esu : Cucu

2.Pulut : Ketan

3.Pahuni: Sial

4.Ikau puna dia buah-buah, ikau mahapan sapeda motor sambal mausik HP-muh. Kilen ampi ikau tau mananture melai sakitarmu : Kau memang tidak berhati-hati, kau memaikan HP-mu saat mengendarai sepeda motor. Bagaimana bisa kau memperhatikan sekitarmu.

5.Esu, muse isut pulut dengan kopi tuh mangat dia pahuni: Cu, cicipilah sedikit ketan dengan kopi itu, nanti kau pahuni.

Kumpulan naskah monolog

 

Kehilangan Ruang

Karya Trisnawati, M.Pd.


Panggung berlatar di pinggir sungai dengan sebuah bangku. Musik menegangkan berbunyi. Seseorang muncul sambil berteriak histeris. Karena ia hampir dimangsa seekor buaya di Sungai Mentaya.

Buaya…Buaya….tolong…tolong… (panik dan hampir menangis ketakutan).

Tolong aku…ada…ada buaya…di Sanaa…(menangis histeris sambil menunjuk ke arah sungai).

Ya Tuhan…ini mengerikan. Ini sudah kejadian yang…ahhh aku lupa. Tapi seingatku, sudah sering terjadi peristiwa manusia dimangsa buaya di sini. Ya di desa ini. Entah bagaimana buaya-buaya itu muncul di Sungai Mentaya ini. (bergidik)

Seketika wajahnya berubah murung. Diiringi musik murung.

Sebenarnya, apa yang terjadi?? Beberapa tahun belakangan ini. Manusia sering dikejutkan dengan teror buaya. Bahkan, beberapa korban yang diserang buaya ada yang sampai meninggal dunia. Si Jagau, seorang santri yang tinggal di Desa Jaya Karet, mati diterkam buaya saat sedang mandi di sungai. Lalu, Ibu Harati, jenazahnya tidak pernah ditemukan lagi hingga sekarang.

Buaya-buaya itu benar-benar memakan manusia! (Keheranan dan bergidik)

Padahal, dulu ada mitos yang berkembang tentang manusia yang kawin dengan buaya, bernama Tambi Winei. Waktu itu aku masih kecil, tapi aku sudah dapat mengingat dengan jelas, bagaimana orang-orang di desa panik mencari Tambi Winei yang telah hilang 3 hari.

Winei…Winei…di mana kamu? Winei…Winei….di mana kamu?? Pulanglah Winei!!! Winei! Winei!

Setelah 3 hari, Tambi Winei ditemukan di atas pohon kelapa. Sejak kejadian itu Tambi Winei menjadi kuat dan sakti, bahkan ia bisa mengobati orang-orang yang sakit. Konon, Tambi Winei mendapat kesaktian dari suaminya yang berwujud buaya.

Oh Tambi Winei, bantulah aku menghentikan terror buaya itu? (sedih) Sudah berhari-hari aku tidak bisa mencari ikan. Hari ini, aku, hampir saja mati dimakan buaya itu.

Saat aku melemparkan jala, tiba-tiba buaya itu menyambarnya. Mungkin dia mengira jalaku adalah hewan yang terjatuh, mungkin dia pikir itu adalah seekor tupai, atau…kera. Aku panik, aku menarik jalaku sekuat tenaga. Tapi, dia menggigitnya begitu keras. Kupukuli kepalanya. Berkali-kali. Bersyukur aku menjala di tepi sungai dan berpegangan pada kayu-kayu di sana, seandainya aku berada di perahu, mungkin aku turut tercebur bersama jalaku.

Tokoh terlihat nampak berpikir. Sambil memperhatikan jalanya, lalu merapikannya.

Selain itu, di masyarakat Dayak juga berkembang mitos yang disebut firasat buaya. Yaitu mitos yang menandakan seseorang akan mati dimakan buaya. Katanya, firasat buaya ini bisa dihilangkan atau diobati.

Tapi, aku tidak percaya bahwa teror buaya saat ini  berhubungan dengan mitos-mitos itu.

Enam orang mati dimakan buaya dalam beberapa tahun ini. Dan empat puluh lainnya terluka.

Tiba-tiba tokoh seperti orang ketakutan, dia berteriak histeris seolah melihat buaya-buaya itu datang dan ingin memangsanya.

Aa…aapaa….tidak mungkin!!! Hei…pergi kalian dari sini. Hussh…huss….

Tolong…tolong aku….ada buaya…ada buaya di sini…jangan makan aku….aku hanya ingin mencari ikan…aku butuh makan…pergi…pergi dari sini….

Pergi kalian…pergi….bukan aku…bukan aku pelakunya…apa…hutan? hewan? makanan? Apa maksudmu?

(Terduduk lunglai) pergi dari sini….(menangis)

(Marah) Lihat…buaya-buaya itu…sudah tidak segan lagi menyerang manusia. Bagaimana aku dapat dengan tenang mencari ikan di Sungai ini? Orang tuaku sudah tua, dan aku tidak punya pekerjaan lain selain mencari ikan dan menjualnya untuk kebutuhan hidup dan biaya sekolahku.

Sejak dulu masyarakat Dayak sangat bergantung dengan hasil alam. Mencari ikan di Sungai. Berladang di hutan. Mencari buah hutan yang dapat dimakan. Ayahku, pernah memanen buah hutan dan menjualnya. Ada banyak jenis buah hutan yang bisa dimakan di sini. Tapi kini…

Tokoh berubah menjadi Pimpinan Perusahaan Kelapa Sawit.

Hahaha…bakar lahan-lahan itu. Lalu tanami dengan kelapa sawit. Kita harus mendapatkan untung sebanyak-banyaknya. Dan satu lagi, buang limbah dari pabrik, alirkan ke perairan setempat.

Apa!! Apa yang kalian lakukan? Kalian ingin mencemari sungai-sungai itu? Kalian akan membunuh ikan-ikan di sana. Jika ikan-ikan mati, buaya-buaya yang ada akan kehilangan makanannya.

 Limbah yang dibuang hanya sedikit, dan lahan yang dibakar akan diganti dengan Perkebunan sawit.

Tokoh berubah menjadi seekor monyet. Mendeskripsikan tentang bagaimana hewan-hewan di hutan yang telah kehilangan makanan alamiah mereka, hingga tempat tinggalnya.

Tolong, tolong, jangan bakar lahan itu, biarlah buah-buah hutan itu tumbuh di sana. Buah itu adalah makanan kami. Jangan cemari perairan kami. Kami minum di sana.

Tokoh menangis, sedih. Dan berbicara kembali dengan raut sedih dan kecewa.

Orang-orang itu telah merusak alam kami, hutan kami. Perkebunan sawit di mana-mana, pertambangan merajalela, pencemaran, pembuangan limbah di Sungai. Hutan semakin lama semakin tergeser. Buah-buah hutan telah langka, hewan-hewan entah kemana? Itulah sebabnya…Buaya-buaya itu meneror dan memangsa manusia. Karena mereka telah sulit menemukan makanannya.

Lalu, pada akhirnya, tidak hanya buaya, orang-orang yang hidupnya bergantung pada hasil alampun juga turut menelan akibatnya. (marah) Sementara, mereka, orang-orang itu kenyang menikmati uang dari hasil merusak alam.

Tokoh berubah murung dan sedih.

Bagi kami, suku Dayak. Hutan, bumi, tanah, dan Sungai adalah Injam Tingang. Pinjaman Ranying Hatalla. Sudah sepantasnya, kita merawat dan menjaganya.

Tokoh berjalan keluar panggung.

TAMAT

 

Terjemahan istilah atau kosakata Bahasa Dayak:

a. Tambi artinya Nenek

b. Injam tingang artinya titipan/ sementara

c. Ranying Hatalla artinya Tuhan yang Maha Esa

 

 

Naskah monolog kearifan lokal

 

HUTAN MUNGKU

By Trisnawati, S.Pd.

 

Bayangan seorang laki-laki sedang menebang pohon, diiringi suara erangan dan musik menegangkan.

“Aarrrghhhhh……” (Sesekali mengusap keringat di dahinya, lalu melanjutkan Kembali mengayun kapaknya ke batang pohon. lampu siluet padam)

Sosok tinggi besar muncul di balik siluet. Mengerang penuh amarah!

Ela ikau manderuh humaku, ela ikau mangandu kayu melai petakku!! Gggrhhhhh!!!!  (lampu siluet padam)

Sosok Perempuan dengan lampu tembok di tangannya muncul. Dia berteriak memanggil anaknya, penuh kesedihan.

“Lamiang, Lamiang, di mana kamu Nak?? Pulanglah. Jangan tinggalkan Umai. Kau anakku satu-satunya.” (Semakin menangis terisak).

“Balaku dohop…” (seorang remaja putri berjalan tertatih keluar dari balik siluet. Terisak sambal menampakkan wajah ketakutan. Berjalan ke depan panggung, lalu berkeliling sambal melihat keadaan sekitar).

“Setelah anakku ditemukan, dia jadi sering berteriak-teriak meminta tolong seperti orang yang sedang ketakutan. Kami Sudah melakukan berbagai upaya untuk mencari penyebab dan menyembuhkannya. Tapi, sampai sekarang belum membuahkan hasil” (Menatap kosong kepada penonton, dengan raut yang menyedihkan penuh kebingungan.)

“ Waktu itu, tiga hari ia menghilang. Kami pun melakukan ritual manajah antang agar diberikan petunjuk. (Tokoh mengambil property berupa ancak)

(Musik Dayak berbunyi)

Tokoh mulai melakukan gerakan tari yang mendeskripsikan sebuah ritual.  (musik berhenti, Tokoh tersungkur dilantai. Penuh kesedihan).

“Tulah? Yah Kata orang-orang anakku terkena tulah.” (menangis tersedu)

“Tapi, apa yang terjadi!?? Apa?”

“Umai, Umai, oh Umai, balaku dohop, aku…..umai….” (Meringis ketakutan sambil menatap pilu ke arah yang tidak menentu, tatapan mata liar penuh tekanan). “Waktu itu, aku ingat betul. Bapak datang diikuti sesosok tinggi besar” (meloncat-loncat ketakutan dengan tatapan nanar) “Di saat yang bersamaan dia berkata, jangan ganggu hutan adatku, jangan ganggu rumahku, arrhhhh…apa maksud bue? Aku, aku tidak mengerti apa yang dia ucapkan”

“Aku kasihan melihatnya, setiap hari dia berteriak-teriak, selain mengucapkan tolong dia juga berteriak, kayu, kayu”

“Kayu, kayu, dohop aku. Dohop aku!” (Berteriak-teriak, lalu menangis, dan ketakutan)

(Tiba-tiba, berubah menjadi seorang nenek-nenek, terbatuk-batuk).

“Hutan Mungku(terdiam)

“Para leluhur sangat menjaga keberadaan hutan ini, sebagai penyeimbang ekosistem alam. Maka, kami menanam kayu-kayu. Suatu hari, kayu-kayu di hutan Mungku dicuri oleh Temanggung Buleng. Sejak saat itu, hutan Mungku dikutuk agar tidak ada lagi yang mencuri kayunya. Barang siapa yang mencurinya, maka akan diganggu oleh para roh penunggu hutan”

“Ahhhhh” (wajah terkejut)

“Aku ingat sekarang, beberapa tahun lalu, suamiku menebang kayu di hutan Mungku. Waktu itu, aku melarangnya untuk menebang kayu di hutan mangku. Tapi dia bersikeras”

“Ah, tidak apa. Kata siapa hutan itu dikutuk? Kau meada-ada saja! Hahaha (Tertawa lepas)

“Tapi….dia tetap melangkahkan kakinya, diiringi kabut pagi dan suara burung gagak yang bersahutan. Sorenya dia pulang membawa kayu kayu dari hutan Mangku. Entahlah, dalam penglihatanku, mukanya pucat seperti orang ketakutan, dan lututnya bergetar, sampai-sampai aku bisa mendengarnya di telingaku.”

“Ahhhh aku lelah, dan kakiku lemas sekali”

“Kau…kau….apa yang kau lakukan, kau menebang kayu dari hutan Mungku? Sudah kukatakan hutan itu dikutuk. Keluarga kita akan celaka jika kau nekat mengambil kayu di sana!!”

“Eweh, eweh toh!!Eweh ikau!!! Umaiii…..balaku dohop umaiiii” (ketakutan)

“Jangan engkau mengganggu rumahku, jangan engkau mengambil kayu di tanahku.” (nada marah)

(tersungkur ke lantai, sambil menangis dan ketakutan, lalu berjalan ke belakang siluet, mengambil sebuah bibit pohon, dan menanamnya lagi sambal bersenandung)

Ela ikau manderuh humaku, ela ikau mangandu kayu melai petakku!!

Tamat

 

  Keterangan terjemahan Bahasa Daerah

a.      Balaku Dohop = meminta tolong

b.     Tulah = kualat

c.      Umai = Ibu

d.     Eweh ikau = Siapa kau

e.      Bue = Kakek

f.      Ela ikau manderuh humaku, ela ikau mangandu kayu melai petakku = jangan engkau mengganggu rumahku, jangan engkau mengambil kayu di tanahku.

 

 


Puisi tentang persamaan gender

 

Tentang Kita

Karya: Trisnawati

 

Bukan tentang siapa yang berkuasa

Bukan tentang siapa yang berani bersuara

Bukan tentang siapa yang superior

Atau inferior

Tapi tentang

Siapa yang peduli?

 

Ruang-ruang kehidupan telah banyak menjawab

Ada ribuan problematika yang tumbuh

Ada jutaan ketimpangan yang berakar

Menjalari setiap waktu

Detik-detik yang membayangi Perempuan

Ia yang disebut dengan patriarki,

Kesetaraan gender, kekerasan, diskriminasi

Adalah jelaga yang mesti dihapus

 

Bukan tentang siapa yang berkuasa

Bukan tentang siapa yang berani bersuara

Bukan tentang siapa yang superior

Tapi tentang kita

Yang pantang menyerah menabuh genderang

Kemajuan peradaban

Menyalakan lilin-lilin dalam pekat

Hingga disebut, inilah Cahaya

 

 

 

Puisi tentang perempuan

 

Annisa

Karya: Trisnawati

Annisa, langkahmu kian jauh

Sejauh langkah pikiran yang berkelana

Kembali

Derapnya terdengar tak begitu asing

Ruang dan waktu menghadirkan warna biru

Di setiap sudut terdengar tangis

Yang dulu

Haknya terabaikan

Kemurniannya terenggut

Suaranya terisolasi

 

Adakah sedikit ragu?

Ketika kakimu melangkah pasti

Mengakar Semak-semak yang menghalangi cita-cita

Menjulang gunung-gunung yang mesti terlewati

Tapi, Annisa

Kau adalah kekuatan bagi pondasi peradaban ini

Mungkin namamu, tak mendunia

Tapi siapa, yang tak mengakuimu sebagai Ibu?

 

Kau maju dengan keyakinan

Kau berjalan dengan ketulusan hati

Kau berlari dengan kekuatan pikiran

Dan kau peduli, pada kekosongan, dan kepapaan

Dengan menjadikan dirimu manusia yang tak putus asa,

Kau telah mendidik tunas yang akan tumbuh

Menjadi manusia

 

Pembelajaran Berbasis Gamifikasi (praktik baik)



BAGIAN 1

PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang

SMK Negeri 3 Sampit merupakan salah satu sekolah yang ada di Kabupaten  Kotawaringin Timur, beralamat di jalan Ir. H. Juanda. SMK Negeri 3 Sampit bukan sekolah yang notabenenya berada di dalam kota, namun berada di pinggiran kota tepatnya di desa Telaga Baru, Kecamatan Mentawa Baru Ketapang. Berdiri di tahun 2009, saat ini SMK Negeri 3 Sampit memiliki lima progam keahlian, yaitu Program keahlian Akuntansi dan Lembaga Keuangan, Desain dan Komunikasi Visual, Desain dan Produksi Busana, Kuliner, Teknik Sepeda Motor. Jumlah rombel sebanyak 22 dan jumlah peserta didik sebanyak 753 orang. Pendidik yang mengajar di SMK Negeri 3 Sampit berjumlah 43 orang. SMK Negeri 3 Sampit masih dapat dijangkau oleh jaringan internet, dan sebagian besar peserta didik memiliki gawai untuk berkomunikasi sehari-hari.

Di era globalisasi peserta didik memiliki hubungan yang dekat dengan teknologi, mereka biasa membawa dan memakai gawai, seperti laptop dan handphone. Lalu, pandemi Covid 19 melanda hingga akhirnya pendidik dan peserta didik harus mengalami sistem pembelajaran yang berubah, dari luring menjadi daring. Hingga saat ini, sektor pendidikan dituntut untuk dapat melakukan berbagai perubahan maupun inovasi dan adaptasi demi pelaksanaan proses pembelajaran tetap berjalan baik. Maka, tenaga pengajar dan peserta didik harus siap beradaptasi dan menghadapi terobosan maupun tantangan baru terhadap perubahan sistem dalam pembelajaran yang diterapkan.

Inovasi dalam model dan media diperlukan bagi seorang pendidik agar pembelajaran di kelas tetap menarik dan menyenangkan, sehingga peserta didik memiliki rasa ketertarikan dan rasa memiliki terhadap pembelajaran. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan agar pembelajaran menarik adalah gamifikasi. Nick Pelling pertama kali menggunakan istilah gamifikasi (gamification) di tahun 2002 pada presentasi dalam acara TED (Technology, Entertainment, Design). Gamifikasi adalah pendekatan pembelajaran menggunakan elemen-elemen di dalam game atau video game dengan tujuan memotivasi peserta didik dalam proses pembelajaran dan memaksimalkan perasaan menyenangkan dan ketertarikan  terhadap proses pembelajaran tersebut. Jadi, Gamifikasi merupakan salah satu strategi pembelajaran dalam pendidikan agar dapat meningkatkan ketertarikan dan motivasi siswa dalam proses pembelajaran menyenangkan yang dapat dijadikan sebagai suatu hiburan, bukan lagi menjadi sesuatu yang ditakutkan oleh peserta didik. Praptono, dkk (2022) dalam penelitian yang berjudul Peran Gamifikasi dalam Meningkatkan Pengalaman Pendidikan di Era Digital menunjukkan hasil bahwa penerapan gamifikasi memiliki dampak positif yang signifikan dalam meningkatkan pengalaman pendidikan di era digital, terutama terlihat dari hasil asesmen formatif. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka penting untuk menerapkan gamifikasi dalam pembelajaran sebagai motivasi agar peserta didik memiliki rasa ketertarikan dan rasa memiliki terhadap pembelajaran, serta terciptanya suasana menyenangkan di kelas.

 

B.       Masalah

Berdasarkan kuisioner yang disebarkan pada siswa kelas X dan XI di SMK Negeri 3 Sampit, 80% peserta didik kadang merasa sulit fokus saat pembelajaran, 73% pikiran melayang saat pendidik menjelaskan materi pembelajaran, 65,8% kadang merasa bosan saat pembelajaran. Saat bosan, 47,2% kadang peserta didik juga memilih bermain gawai di kelas. Hal ini terjadi karena kurangnya rasa ketertarikan dan rasa memiliki terhadap materi pembelajaran.

C.      Solusi

Berdasarkan permasalahan, pendidik berinisiatif untuk membuat pembelajaran di kelas lebih menyenangkan, sehingga muncul motivasi agar peserta didik memiliki rasa ketertarikan dan rasa memiliki terhadap materi pembelajaran. Adapun solusi yang dilakukan pendidik adalah menerapkan pembelajaran berbasis gamifikasi di kelas. Pembelajaran Berbasis Gamifikasi adalah pendekatan pembelajaran yang mengadopsi elemen-elemen permainan (game) ke dalam lingkungan belajar. Tujuannya adalah untuk membuat proses belajar lebih menarik, interaktif, dan memotivasi peserta didik. Dengan kata lain, gamifikasi mengubah kegiatan belajar menjadi sebuah permainan yang menyenangkan. Diharapkan, prestasi belajar peserta didik pun meningkat.

 

 

BAGIAN 2

ISI

Di bagian ini akan diuraikan mengenai tantangan dan hambatan, strategi dan hasil praktik baik yang telah dilakukan.

A.      Tantangan dan Hambatan

Apa saja yang menjadi tantangan untuk mencapai tujuan?

Berikut ini beberapa tantangan yang pendidik hadapi untuk mencapai tujuan, yaitu:

1.    Membutuhkan perencanaan yang matang untuk memilih elemen gamifikasi yang tepat dan mengintegrasikannya ke dalam pembelajaran.

2.    Membutuhkan teknologi, beberapa bentuk gamifikasi membutuhkan perangkat atau aplikasi tertentu.

 

B.      Strategi

1.   Pendidik mengenali dan memahami tujuan pembelajaran

2.   Pendidik menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning untuk meningkatkan kemampuan menganalisis unsur intrinsik cerpen.

3.   Pendidik membuat media pembelajaran berbasis TPACK seperti video Pembacaan Cerpen berjudul Tukang Cukur melalui Youtube.

4.   Pendidik menyiapkan gamifikasi menggunakan Lumio.

 C.      Hasil

Setelah diterapkan gamifikasi dalam pembelajaran, berikut hasil yang didapatkkan melalui sebaran kuisioner. 69,4% peserta didik merasa lebih termotivasi mengikuti pembelajaran, 71,8% peserta didik lebih tertarik pada pembelajaran, 75,8% peserta didik merasa lebih mudah memahami materi pembelajaran, 68% peserta didik merasa pembelajaran lebih menyenangkan, 69,3% peserta didik merasa lebih aktif terlibat dalam proses pembelajaran. 66,7% peserta didik merasa lebih berkolaborasi dengan teman sekelas.

 

 

BAGIAN 3

SIMPULAN

 

Menerapkan gamifikasi dalam pembelajaran penting dilakukan agar peserta didik lebih termotivasi untuk mengikuti pembelajaran dengan baik. Sejak tahun 2023 pendidik menerapkan pembelajaran berbasis gamifikasi ini, dan hasilnya menunjukkan bahwa peserta didik menjadi antusias mengikuti pembelajaran. Berikut ini adalah salah satu sampel hasil belajar peserta didik kelas XI DKV 1 dan XI AKL 2 terhadap pembelajaran Bahasa Indonesia yang pendidik ambil dari Penilaian Sumatif Akhir Semester Tahun pelajaran 2024/2025.


 


 Grafik menunjukkan dari 72 orang peserta didik yang mengikuti Penilaian Tengah Semester, sebanyak 56 orang berhasil mencapai KKM, dan 16 orang belum mencapai KKM. Ahirnya, semoga praktik baik ini bisa menginspirasi Bapak/Ibu guru lain yang memiliki permasalahan serupa. Serta dapat menginspirasi para peserta didik juga agar memiliki rasa ketertarikan dan rasa memiliki terhadap pembelajaran, sebab belajar itu menyenangkan.

 


  TAMPUI Karya Trisnawati Panggung menunjukkan sebuah siluet. Bayangan pohon-pohon rindang, dan tokoh sedang memakan buah-buahan. Lampu ...